Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan Indonesia perlu meningkatkan produksi minyak mentah di dalam negeri guna mewujudkan swasembada energi sesuai dengan visi Presiden Prabowo Subianto.
Bahlil menyebut, setidaknya ada tiga cara agar Indonesia bisa meningkatkan produksi terangkut atau lifting minyak di dalam negeri.
Pertama, yaitu dengan cara intervensi teknologi pada sumur-sumur minyak, khususnya sumur minyak tua.
“Ada 3 pola untuk meningkatkan lifting kita. Yang pertama adalah sumur-sumur yang ada kita harus intervensi dengan teknologi. Saya tahu ini butuh capex (capital expenditure/ belanja modal) mahal. Nah, capex gak apa-apa. Saya katakan palingan kita akan sharing profit yang tidak maksimal,” jelasnya saat ditemui di kediamannya, di Jakarta Selatan, dikutip Kamis (28/11/2024).
Dia menyebut, saat ini banyak sumur minyak di Indonesia sudah ‘uzur’ atau sudah berkurang produksinya. Dengan begitu, dia menilai, butuh intervensi teknologi, setidaknya untuk menahan agar produksi minyak dalam negeri tidak ambrol.
“Nah, setelah saya cek, memang sumur-sumur kita ini sumur-sumur yang sudah uzur. Yang boleh dikatakan itu kalau usia manusia ini usianya sudah 60-70 tahun. Bahkan ada di Kalimantan itu yang sebelum Indonesia Merdeka,” tambahnya.
Salah satu perusahaan dalam negeri yang berperan besar dalam menyumbang produksi minyak di Tanah Air, sambung Bahlil, adalah PT Pertamina (Persero). Bahlil mengatakan bahwa Pertamina sendiri saat ini memegang hingga 65% lifting minyak dalam negeri.
Dengan begitu, pihaknya akan mendorong Pertamina untuk menggencarkan tambahan investasi sisi teknologi untuk bisa meningkatkan lifting minyak.
“Jadi sekarang kita minta K3S (Kontraktor Kontrak Kerja Sama), khususnya Pertamina yang menguasai 65% lifting minyak, dia harus membuka diri dan segera melakukan ekspansi untuk mengambil teknologi,” imbuhnya.
Kedua, Bahlil menyebutkan pemerintah akan menggencarkan produksi sumur-sumur minyak di dalam negeri yang sudah terdeteksi jumlah cadangannya.
Masalahnya, Bahlil mengatakan, sejatinya sudah ada ratusan sumur minyak di Indonesia yang sudah terdeteksi memiliki kandungan minyak di dalamnya. Sayang, Bahlil menyebutkan sumur-sumur tersebut justru dibiarkan selama bertahun-tahun tanpa adanya produksi melalui rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD).
“Yang kedua adalah sumur-sumur yang sudah selesai eksplorasi yang sudah PoD selama ini belum jalan. Saya minta mereka segera PoD, segera jalan,” bebernya.
“Sudah selesai eksplorasi, sudah dapat cadangan, tapi belum membangun konstruksi untuk produksi. Ini kita dorong. Makanya apapun yang mereka minta, selama tidak menabrak aturan, saya oke-in,” imbuhnya.
Bahkan, Bahlil mengatakan saat ini pihaknya tengah mendorong PoD sebanyak 301 lapangan minyak di Indonesia. Khusus tahun ini, Bahlil mengatakan dirinya sudah meneken sebanyak 50-an lapangan minyak untuk bisa segera produksi.
“301 lapangan yang sudah selesai eksplorasi. Ada 301. Tahun ini, kemarin saya baru teken itu, ada sekitar 50-60. Ini yang kita dorong,” tegasnya.
Ketiga, Bahlil menyebutkan hal terakhir yang menjadi upaya pemerintah untuk bisa meningkatkan lifting minyak dalam negeri adalah dengan melakukan eksplorasi sumur-sumur minyak baru di dalam negeri.
“Nah yang ketiga, adalah eksplorasi,” ujarnya singkat.
Strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk bisa meningkatkan eksplorasi sumur minyak dalam negeri adalah dengan mengundang investor masuk di dalam negeri.
Bahkan, Bahlil mengatakan pemerintah akan memberikan berbagai sweetener atau kemudahan kepada para investor yang tertarik untuk melakukan eksplorasi sumur minyak baru di Indonesia.
“Dan skemanya kita sekarang, adalah kita kasih pilihan kepada mereka. Mau gross split oke, mau cost recovery oke. Jadi nggak ada lagi alasan untuk orang mengatakan kepada kita bahwa kita tidak kompetitif,” katanya.
Dia menegaskan, selama kerja sama yang dilakukan bisa sama-sama menguntungkan bagi pemerintah maupun investor, maka pemerintah tidak akan ‘mempersulit’ masuknya investor khususnya sektor minyak di Tanah Air.
“Sweetener kita kasih. Saya memberikan sweetener. Selama betul-betul itu kebutuhannya untuk bagaimana membuat FS-nya itu bernilai yang win-win antara investor dengan pemerintah,” tutupnya.
Perlu diketahui, lifting minyak RI sampai saat ini bahkan masih di bawah 600.000 barel per hari (bph), sementara target lifting minyak pada tahun 2024 ini mencapai 635.000 bph. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi minyak per Oktober 2024 berada di kisaran 577.4000 bph. Adapun data produksi minyak bulanan selama Januari-Oktober 2024 ini terpantau di bawah 600.000 bph, yakni di kisaran 570.000-580.000 bph.