Ekonomi China Madesu, Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok

Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia

Harga minyak turun pada perdagangan awal hari ini, memperpanjang kerugian dari sesi sebelumnya, karena kekhawatiran tentang permintaan dari Tiongkok dan pasar mengabaikan risiko konflik yang meningkat di Timur Tengah.

Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Selasa (30/7/2024) pukul 8.50 WIB harga minyak mentah Brent tercatat US$79,59 per barel, turun (0,24%). Sementara acuan West Texas Intermediate (WTI) turun 0,30% menjadi US$75,58 per barel.

Serangkaian berita ekonomi yang mengecewakan dari China telah mengguncang pasar baru-baru ini. Aktivitas manufaktur Tiongkok kemungkinan menyusut untuk bulan ketiga berturut-turut pada Juli, menurut jajak pendapat Reuters pada hari Senin (29/7/2024).

Citi memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China menjadi 4,8% dari 5% setelah pertumbuhannya meleset dari perkiraan analis pada kuartal kedua, mencatat bahwa aktivitas ekonomi melemah lebih lanjut pada bulan Juli.

Pasar menantikan pertemuan mendatang dari badan pengambil keputusan tertinggi China, Politbiro, yang diperkirakan akan berlangsung minggu ini, yang bisa memunculkan dukungan kebijakan ekonomi lebih lanjut.

Namun, harapan terbatas setelah Plenum Ketiga, pertemuan kebijakan utama pada pertengahan Juli, sebagian besar menegaskan kembali tujuan kebijakan ekonomi yang ada dan gagal meningkatkan sentimen pasar.

Minyak turun 2% pada sesi perdagangan sebelumnya setelah Israel mengisyaratkan bahwa tanggapannya terhadap serangan roket Hezbollah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada hari Sabtu akan dihitung untuk menghindari menyeret Timur Tengah ke dalam perang total.

Hal itu diperkuat oleh dorongan diplomatik AS, dilaporkan oleh Reuters pada hari Senin, untuk menahan tanggapan Israel dan mencegahnya menyerang ibu kota Lebanon, Beirut, atau infrastruktur sipil utama mana pun sebagai balasan.

Di Venezuela, oposisi mengatakan telah memenangkan 73% suara, meskipun otoritas pemilihan nasional menyatakan petahana Nicolas Maduro sebagai pemenang pemilihan, memberinya masa jabatan ketiga.

“Kemenangan Nicolas Maduro dalam pemilihan terbaru Venezuela adalah hambatan bagi pasokan global, karena ini bisa mengakibatkan sanksi AS yang lebih ketat,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan, memperkirakan hal itu bisa mengurangi ekspor Venezuela sebesar 100.000-120.000 barel per hari.

Pemerintah di Washington dan tempat lain meragukan hasilnya dan menyerukan penghitungan penuh suara, dan para pengunjuk rasa berkumpul di kota-kota di seluruh Venezuela pada hari Senin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*