Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) ternyata masih terus terjadi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri. Hingga membuat satu pabrik akhirnya tiarap setelah melakukan PHK bertahap.
Hal itu diungkapkan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi. Menurutnya, gelombang PHK industri TPT di dalam negeri terus berlanjut karena berbagai faktor. Salah satunya, tidak ada penjualan.
“PHK masih terus terjadi. Kemarin ada PHK lagi 340 orang di PT Sinar Panca Jaya di Semarang. Jadi tutup total sekarang,” katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/9/2024).
“Sebelumnya dia punya pekerja sekitar 3.000-an orang. PHK dilakukan bertahap. Pekerja yang 340-an orang kemarin PHK di bulan Agustus (2024). Pesangonnya masih negosiasi,” ungkap Ristadi.
Perusahaan tersebut, katanya, memiliki pasar di dalam negeri dan ekspor.
“Tapi nggak ada order, bikin (produksi) nggak kejual,” ujar Ristadi.
Dengan tutupnya pabrik itu, sebutnya, jumlah pabrik TPT yang harus tiarap di dalam negeri sejak awal tahun 2024 ini pun bertambah.
“Data KSPN masih terus berjalan. Saya juga lagi turun ke daerah-daerah untuk kroscek dan begitu keadaannya,” kata Ristadi.
Dia menuturkan, PHK menyisakan dampak menyedihkan bagi pekerja. Kehilangan sumber penghasilan berdampak berantai. Mulai dari masalah biaya hidup sehari-hari, sampai biaya sekolah dan tagihan cicilan yang belum beres.
“Yang bikin depresi korban PHK itu karena biaya sekolah sama tagihan-tagihan, cicilan motor. Prihatin banget,” kata Ristadi.
Dia pun berharap pemerintah bergerak cepat untuk mengatasi gelombang PHK yang masih terus terjadi.
“Sampai sekarang juga banyak perusahaan TPT yang cuma memberlakukan kerja 3 hari seminggu,” kata Ristadi.